Senin, 02 April 2012

KONDISI MASA KRISIS EKONOMI YANG BERKEPANJANGAN DI INDONESIA


BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi yang berlangsung setahun lebih telah memicu munculnya krisis politik, sosial, budaya, dan mulai mengarah ke krisis total kehidupan bangsa. Artinya, nuansa krisis terasa tealh menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan. Tidak terelakkan dalam kondisi demikian sumber daya manusia sebagai salah satu penyangga kelangsungan kehidupan bangsa di masa datang terpuruk dalam kondisi cukup memprihatinkan. Tidak hanya kualitas fisik, kualitas sosial pun mengalami kemerosotan tajam. Hal ini dapat diamati dengan meningkatnya pengangguran dan kemiskinan absolut serta munculnya berbagai gejolak sosial, seperti amuk masa, penjarahan, pembunuhan, perkosaan, dan tindakan keji diluar perikemanusiaan yang terjadi silih berganti di beberapa daerah. Berbagai kerusuhan dan tindakan kriminal itu menyadarkan kita bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang diyakini sebagai unsur pendukung utama dalam membentuk kualitas sumber daya manusia tampaknya begitu gampang dilecehkan dan direndahkan tanpa ada perasaan berdosa. Bila situasi ini berlanjut terus sangat mungkin dapat mengancam eksistensi kehidupan bangsa di masa datang. Segudang prestasi pembangunan ekonomi orde baru seakan lenyap tersapu bersih oleh badai krisis ekonomi berkepanjangan sejak media 1997 hingga 2005. prestasi orde baru yang patut dicatat diantaranya ialah pertumbuhan ekonomi tinggi, swasembada beras, penurunan jumlah penduduk miskin secara signifikan, inflasi yang terkendali, stabilitas rupiah terhadap valuta asing, pendapatan per kapita di atas us$1000 sehingga indonesia meningkat peringkatnya dari negara miskin menjadi negara berpenghasilan menengah bawah, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pdb di atas 25 persen sehingga indonesia hampir mendekati klasifikasi negara industri baru, kontribusi ekspor non-migas dalam perolehan devisa telah melampaui ekspor migas sehingga ketergantungan pada ekspor migas semakin dapat dikurangi. sederetan pencapaian prestasi ekonomi tersebut menjadi luluh lantak oleh badai krisis ekonomi. jumlah penduduk miskin meningkat secara signifikan, inflasi di atas dua digit lagi, pasokan sembilan bahan pokok tersendat, kurs rupiah terhadap valuta asing anjlok, pendapatan perkapita turun menjadi us$600, utang luar negeri menggunung, perbankan nasional nyaris “collaps”, sektor industri banyak yang gulung tikar, phk dan pengangguran merajalela, penanaman modal asing tak kunjung datang. berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, makalah singkat ini akan mencoba memahami sebab-sebab terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan di indonesia, kemudian memberikan sumbangsih pemikiran dalam penataan kembali struktur bangunan perekonomian nasional, terutama aspek moneter dan kelembagaan keuangan dan perbankan serta kelembagaan politik ketatanegaraan, dari perspektif ekonomi politik islam. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat dijadikan sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah penulisan skripsi ini. selainitu, perumusan msalah ini diperlukan sebagai cara untuk mengambil keputusan di akhir penulisan skripsi. adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat hubungan timbal balik antara utang luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi indonesia? 2. Apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara utang luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi indonesia? 3. Bagaimana hubungan antara utang luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi di indonesia sebelum dan sesudah krisis ekonomi ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hubungan timbal balik antara utang luar negeri dan pertumbuhan ekonomi di indonesia. 2. Untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara utang luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi di indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh utang luar negeri (foreign debt) terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia sebelum dan sesudah krisis moneter. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bahan masukan bagi pemerintah atau instansi yang terkait. 2. Sebagai bahan studi dan literature bagi mahasiswa fakultas ekonomi universitas gunadarma terutama bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnyan dalam cabang ilmu ekonomi makro. 3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya,sekaligus untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis. 4. Sebagai bahan tambahan dan pelengkap terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya. 5. Sebagai masukan bagi masyarakat indonesia agar dapat mengetahui kondisi perekonomian indonesia yang berhubungan dengan utang luar negeri dan kurs sebelum dan sesudah krisis. BAB 2 ISI + GAMBAR Indikator Utama Ekonomi Indonesia 1990 - 1997 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 pertumbuhan ekonomi (%) 7,24 6,95 6,46 6,50 7,54 8,22 7,98 4,65 tingkat inflasi (%) 9,93 9,93 5,04 10,18 9,66 8,96 6,63 11,60 neraca pembayaran (us$ juta) 2,099 1,207 1,743 741 806 1,516 4,451 -10,021 neraca perdagangan 5,352 4,801 7,022 8,231 7,901 6,533 5,948 12,964 neraca berjalan -3.24 -4,392 -3,122 -2,298 -2.96 -6.76 -7,801 -2,103 neraca modal 4,746 5,829 18,111 17,972 4,008 10,589 10,989 -4,845 pemerintah (neto) 633 1,419 12,752 12,753 307 336 -522 4,102 swasta (neto) 3,021 2,928 3,582 3,216 1,593 5,907 5,317 -10.78 pma (neto) 1,092 1,482 1,777 2,003 2,108 4,346 6,194 1,833 cadangan devisa akhir tahun (us$ juta) 8,661 9,868 11,611 12,352 13,158 14,674 19,125 17,427 (bulan impor nonmigas c&f) 4,7 4,8 5,4 5,4 5,0 4,3 5,2 4,5 debt-service ratio (%) 30,9 32,0 31,6 33,8 30,0 33,7 33,0 nilai tukar des. (rp/us$) 1,901 1,992 2,062 2.11 2.2 2,308 2,383 4.65 apbn* (rp. milyar) 3,203 433 -551 -1.852 1,495 2,807 818 456 tahun anggaran sumber : bps, indikator ekonomi; bank indonesia, statistik ekonomi keuangan indonesia; world bank, indonesia in crisis, july 2, 1998 Sebagai konsekuensi dari krisis moneter ini, bank indonesia pada tanggal 14 agustus 1997 terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dollar as, dan membiarkannya berfluktuasi secara bebas (free floating) menggantikan sistim managed floating yang dianut pemerintah sejak devaluasi oktober 1978. dengan demikian bank indonesia tidak lagi melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menopang nilai tukar rupiah, sehingga nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar semata. nilai tukar rupiah kemudian merosot dengan cepat dan tajam dari rata-rata rp 2.450 per dollar as juni 1997 menjadi rp 13.513 akhir januari 1998, namun kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar rp 8.000 awal mei 1999. Krisis Moneter dan faktor-faktor penyebabnya : Penyebab dari krisis ini bukanlah fundamental ekonomi indonesia yang selama ini lemah, hal ini dapat dilihat dari data-data statistik di atas, tetapi terutama karena utang swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah yang besar. yang jebol bukanlah sektor rupiah dalam negeri, melainkan sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar as yang mengalami overshooting yang sangat jauh dari nilai nyatanya1 . krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, akibat dari serbuan yang mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap dollar as (spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah besar. seandainya tidak ada serbuan terhadap dollar as ini, meskipun terdapat banyak distorsi pada tingkat ekonomi mikro, ekonomi indonesia tidak akan mengalami krisis. dengan lain perkataan, walaupun distorsi pada tingkat ekonomi mikro ini diperbaiki, tetapi bila tetap ada gempuran terhadap mata uang rupiah, maka krisis akan terjadi juga, karena cadangan devisa yang ada tidak cukup kuat untuk menahan gempuran ini. krisis ini diperparah lagi dengan akumulasi dari berbagai faktor penyebab lainnya yang datangnya saling bersusulan. analisis dari faktor-faktor penyebab ini penting, karena penyembuhannya tentunya tergantung dari ketepatan diagnosa. Anwar nasution melihat besarnya defisit neraca berjalan dan utang luar negeri, ditambah dengan lemahnya sistim perbankan nasional sebagai akar dari terjadinya krisis finansial (nasution: 28). bank dunia melihat adanya empat sebab utama yang bersamasama membuat krisis menuju ke arah kebangkrutan (world bank, 1998, pp. 1.7 -1.11). yang pertama adalah akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat dari tahun 1992 hingga juli 1997, sehingga l.k. 95% dari total kenaikan utang luar negeri berasal dari sektor swasta ini, dan jatuh tempo rata-ratanya hanyalah 18 bulan. bahkan selama empat tahun terakhir utang luar negeri pemerintah jumlahnya menurun. sebab yang kedua adalah kelemahan pada sistim perbankan. ketiga adalah masalah governance, termasuk kemampuan pemerintah menangani dan mengatasi krisis, yang kemudian menjelma menjadi krisis kepercayaan dan keengganan donor untuk menawarkan bantuan finansial dengan cepat. yang keempat adalah ketidak pastian politik menghadapi pemilu yang lalu dan pertanyaan mengenai kesehatan presiden soeharto pada waktu itu. Mengapa terjadi Krisis Ekonomi? Krisis ekonomi di indonesia hampir tak pernah terbayangkan bakal terjadi oleh para ekonom, bahkan oleh para ekonom kelas dunia pada lembaga-lembaga keuangan internasional seperti imf dan world bank. kisah sukses empat negara industri baru asia yakni korea selatan, taiwan, hong kong dan singapura telah menyilaukan mata para ekonom “mainstream” neo-klasik sehingga tak mampu lagi memperkirakan perkembangan ekonomi negara-negara asia tenggara secara tepat karena yang diprediksikan bakal terjadi adalah indonesia dan beberapa negara asia tenggara seperti malaysia, philipina dan thailand segera menyusul menjadi negara industri baru di asia tenggara. ketidakmampuan para ekonom untuk memprediksikan bakal terjadinya krisis dalam perekonomian indonesia dapat dipahami mengingat bahwa beberapa indikator utama ekonomi makro atau fundamental ekonomi indonesia saat itu memang cukup kuat. misalnya, cadangan devisa cukup untuk membiayai kebutuhan impor selama 6 (enam) bulan, inflasi di bawah dua digit, pertumbuhan ekonomi di atas 7 % dan cukup kuat, lalu mengapa terjadi krisis seterusnya. kalau fundamental ekonomi ekonomi? Ada beberapa faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan di Indonesia : Pertama dan terutama adalah krisis kepercayaan. kedua, kekurangtepatan dalam mendiagnosa dan memberikan resep penyembuhan/penanggulangan krisis. ketiga, akumulasi kekurangtepatan kebijakan ekonomi. keempat, faktor internasionalisasi pasar modal yang berkarakter spekulatif dan tidak stabil. kelima kelembagaan ekonomi terutama kelembagaan perbankan yang kurang kuat. kelima faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Kedua, krisis ekonomi bukan semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi atau faktor moneter melainkan juga atau bahkan lebih merupakan faktor krisis kepercayaan. sewaktu kurs rupiah terus merosot, kemudian presiden soeharto mencanangkan kemungkinan penerapan currency board system (cbs) dalam sistem moneter indonesia, sebagaimana diterapkan di hong kong, maka reaksi pasar cenderung positif dalam bentuk penguatan nilai rupiah terhadap valuta asing. hal itu menunjukkan bahwa kemerosotan nilai rupiah bukan semata-mata disebabkan oleh faktor kelangkaan devisa melainkan karena ketidakpastian pasar yang diikuti dengan tindakan spekulatif para pelaku pasar yang justru memperkeruh keadaan. tindakan spekulatif ini ternyata dapat dihentikan dengan pencanangan kemungkinan penerapan currency board system. rencana ini gagal dilaksanakan karena tidak termasuk dalam skema butir-butir letter of intens (loi) yang telah disepakati imf dan pemerintah r.i. rencana ini juga ditentang oleh frans seda, mantan menteri keuangan orde baru, dengan alasan bahwa tidak ada lembaga yang menjamin sistem ini. artinya, bila cbs ini diterapkan kemudian gagal, siapa yang bertanggung jawab? sebaliknya bila pemerintah menerapkan secara konsisten seluruh butir loi maka imf adalah lembaga yang bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalannya. dalam hal ini, menurut frans seda, indonesia telah mempunyai pengalaman yang baik dengan pihak imf. ketika wacana penerapan cbs ini terus berkembang, anwar nasution selaku ahli ekonomi moneter indonesia juga menentang dengan alasan bahwa cbs hanya cocok untuk negara kecil semacam hong kong. selain itu bila pemerintah ri menolak uluran tangan imf, kemungkinan besar negeri ini akan jatuh menjadi negara miskin. Ketiga, penyebab krisis yang kedua ialah kekurangtepatan dalam mendiagnosa dan merumuskan resep pemulihan krisis ekonomi. bagi imf, penyebab krisis ekonomi indonesia ialah semua kebijakan ekonomi yang mendistorsi atau tidak pro-pasar seperti subsidi bbm dan listrik, tata niaga jeruk dan cengkeh, sistem perbankan yang kurang sehat, tata niaga dan monopoli bulog, proyek-proyek industri strategis seperti iptn, program mobil nasional (mobnas), terlalu banyaknya bumn dan lain-lain. oleh karena itu langkah-langkah kebijakan ekonomi baik fiskal, moneter, perdagangan, industri dan kelembagaan semuanya diarahkan pada konsep-konsep ekonomi neo-klasik yang sangat pro-liberalisasi pasar. anehnya, meskipun seluruh butir-butir pil pahit loi telah ditelan bulat-bulat, krisis ekonomi tak kunjung usai. padahal biaya yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk mendukung program pemulihan ekonomi ala imf, terutama untuk program penjaminan simpanan nasabah pada perbankan nasional sedemikian besarnya yakni sekitar rp 650 triliun. belum lagi utang luar negeri baru ke imf bertambah lebih dari us$40 miliar. dengan demikian pemerintah telah membayar mahal “dokter ekonomi” imf yang “malpraktek”. mengapa imf tidak bertanggungjawab atas kegiatan “malpraktek” dalam menangani krisis ekonomi di indonesia sebagaimana dikatakan oleh frans seda? Apa sebenarnya akar permasalahan krisis ekonomi di indonesia dan di negara-negara asia lainnya? dalam hal ini mahathir mohammad mensinyalir bahwa akar permasalahannya terletak pada internasionalisasi pasar modal dimana penggunaan mata uang domestik (ringgit) untuk transaksi keuangan internasional melalui pasar modal, ternyata banyak disalahgunakan untuk kegiatan spekulatif. internasionalisasi pasar modal sangat rawan terhadap kegiatan spekulatif karena investasi portofolio dalam pasar modal bersifat jangka pendek dan sangat rentan terhadap isu-isu sosial, politik dan ekonomi. dengan menghentikan fungsi ringgit untuk transaksi keuangan internasional maka berhenti pula kegiatan spekulatif perdagangan mata uang domestik. itulah yang dilakukan mahathir mohammad untuk menangani krisis moneter di negaranya. hasilnya sangat mujarab. perekonomian malaysia pulih kembali dari krisis moneter dalam waktu relatif singkat tanpa harus membebani pemerintah dengan dana “recovery” perbankan dan utang luar negeri baru. dengan demikian penyebab penyakit krisis moneter malaysia dan beberapa negara di asia terutama di indonesia sebenarnya adalah begitu sederhana dan resep untuk mengobatinyapun begitu sederhana, bukan seperti penyakit gawat yang disebabkan oleh kanker ganas dan harus diobati dengan penyinaran chemotheraphy, suatu ciri khas cara pengobatan barat. Penyebab krisis ekonomi yang ketiga adalah akumulasi kekurangtepatan dengan kebijakan ekonomi. deregulasi perbankan 1983 dan liberalisasi perbankan 1988 telah bertanggungjawab atas terjadinya kenaikan suku bunga pinjaman di atas 2 digit. akibatnya banyak sektor usaha yang meminjam dana valuta asing untuk membiayai bisnisnya semata-mata karena bunganya lebih murah dibandingkan dengan pinjaman rupiah dari perbankan nasional. akibatnya utang luar negeri sektor swasta mulai membengkak, apalagi sejak dikeluarkan keppres no: 39/1991 yang memberikan keleluasaan kepada sektor swasta untuk meminjam dana dari lembaga keuangan internasional. pembengkakan utang berjangka pendek yang segera jatuh tempo, berakibat pada tekanan terhadap permintaan valuta asing, yang selanjutnya berakibat pada semakin lemahnya nilai tukar rupiah. deregulasi dan liberalisasi sektor perbankan nasional dan liberalisasi akses terhadap lembaga keuangan internasional, sayangnya kurang diimbangi dengan penguatan aspek kelembagaannya. sebagai contoh, hampir semua perbankan melanggar ketentuan legal lending limit (l3). selain itu sektor swasta tak pernah melaporkan jumlah utangnya ke bank indonesia dan departemen keuangan sebagaimana disyaratkan dalam keppres no: 39/1991 sehingga pemerintahpun tak tahu berapa jumlah utang swasta kepada lembaga keuangan internasional sewaktu terjadi krisis ekonomi. Program reformasi ekonomi IMF menurut imf, krisis ekonomi yang berkepanjangan di indonesia disebabkan karena pemerintah baru meminta bantuan imf setelah rupiah sudah sangat terdepresiasi. strategi pemulihan imf dalam garis besarnya adalah mengembalikan kepercayaan pada mata uang, yaitu dengan membuat mata uang itu sendiri menarik. inti dari setiap program pemulihan ekonomi adalah restrukturisasi sektor finansial. (fischer 1998b). sementara itu pemerintah indonesia telah enam kali memperbaharui persetujuannya dengan imf, second supplementary memorandum of economic and financial policies (mefp) tanggal 24 juni, kemudian 29 juli 1998, dan yang terakhir adalah review yang keempat, tanggal 16 maret 1999. Langkah-langkah Kebijakan untuk Mengatasi Krisis Ekonomi Langkah kebijakan yang diambil selama krisis ini terfokus kepada mengembalikan kestabilan makroekonomi dan membangun kembali infrastruktur ekonomi, khususnya di sektor perbankan dan dunia usaha. Mengingat kompleksnya masalah yang dihadapi, strategi umum dari program-program ekonomi yang diterapkan di negara-negara yang mengalami krisis serupa bertumpu pada empat bidang pokok:12 • Di bidang moneter, ditempuh kebijakan moneter ketat untuk mengurangi laju inflasi dan penurunan atau depresiasi nilai mata uang lokal secara berlebihan. • Di bidang fiskal, ditempuh kebijakan yang lebih terfokus kepada upaya relokasi pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan tidak produktif kepada kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat mengurangi social cost yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi. Salah satu bentuknya adalah dengan program Jaring Pengaman Sosial. • Di bidang pengelolaan (governance), ditempuh kebijakan untuk memperbaiki kemampuan pengelolaan baik di sektor publik maupun swasta. Termasuk di dalamnya upaya mengurangi intervensi pemerintah, monopoli, dan kegiatankegiatan yang kurang produktif lainnya. • Di bidang perbankan, ditempuh kebijakan yang akan memperbaiki kelemahankelemahan sistem perbankan berupa program restrukturisasi perbankan yang bertujuan untuk mencapai dua hal, yaitu: mengatasi dampak krisis dan menghindari terjadinya krisis serupa di masa datang. Penataan kembali perekonomian indonesia diperspektif ekonomi politik islam Bila disadari bahwa salah satu sebab utama terjadinya krisis ekonomi adalah karena tingginya suku bunga pinjaman dan membengkaknya utang luar negeri sebagai konsekuensi dari liberalisasi kebijakan moneter dan keuangan internasional maka secara prinsipiil, ajaran islam sedari dulu sudah melarang riba, usury, atau bunga dalam transaksi bisnis. sebagai alternatif, islam menawarkan konsep musyarakah atau profit-loss sharing, mudharabah atau profit-sharing, murabahah atau cost-plus margin, baibitsamanajil, qardhul hasan atau pinjaman kebajikan tanpa imbalan apapun kecuali pengembalian pokok pinjaman. secara bertahap perbankan nasional harus dibebaskan dari unsur bunga sehingga investor lebih terkonsentrasi pada pengembangan usaha yang menguntungkan tanpa harus memikirkan pengembalian beban bunga pinjaman. kegiatan bisnis berdasarkan prinsip partnership atau kemitraan dan participatory secara luas harus digalakkan di segala lini. Salah satu keunggulan sistem perbankan tanpa bunga ialah adanya dorongan yang kuat bagi pihak perbankan untuk menyalurkan seluruh dana pihak ketiga pada kegiatan sektor riil, karena kelebihan likuiditas tidak dibenarkan untuk ditanam dalam bentuk sertifikat finansial berbasis bunga seperti sbi, sebagaimana terjadi pada perbankan konvensional. indikasinya sangat jelas bahwa “finance to deposit ratio” atau fdr perbankan syariah selalu berkisar pada angka 100, sedangkan “loan to deposit ratio” atau ldr perba sial, serta sahih dari segi ibadah maupun muamalah. dalam rangka pemberdayaan ekonomi skala mikro, dewasa ini telah beroperasi sekitar 3.037 unit baitulmal wat tamwil (bmt) atau bank dan lembaga keuangan kikro syariah. hasil penelitian p2e-lipi menunjukkan bahwa lembaga ekonomi mikro syariah ini mempunyai kinerja yang baik, ditinjau dari aspek kelembagaan maupun perannya dalam memberdayakan usaha skala mikro. begitu optimisnya sehingga pinbuk selaku institusi “think tank” bmt mentargetkan berdirinya 10.000 unit bmt pada tahun 2010 dan suatu saat diharapkan terwujud “satu desa satu bmt” (sdsb). kalau bmt ini terbukti cukup efektif sebagai institusi pemberdaya dan pengembang usaha-usaha skala mikro maka sudah sewajarnya bila pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya institusi ini. Konsep ekonomi islam lainnya yang layak dipertimbangkan secara sungguh-sungguh adalah prinsip menjauhkan diri dari kegiatan ekonomi yang spekulatif atau maisyir seperti mengais keuntungan dari fluktuasi kurs mata uang. pada hakekatnya fluktuasi kurs mata uang tidak perlu terjadi kalau sistem moneter internasional menggunakan mata uang tunggal, misalnya dengan menggunakan standar emas dan atau perak dan atau perunggu. meskipun sistem moneter ini berasal dari jaman kekaisaran romawi dan persia tetapi karena tetap berlaku sejak zaman rasulullah saw hingga kekhalifahan islam yang terakhir di turki pada tahun 1924, berarti sistem ini dibenarkan secara syariat. sistem moneter berdasarkan fiat money yang sama sekali tidak didukung dengan cadangan emas dari setiap mata uang yang beredar, telah mengakibatkan ketidakstabilan nilai mata uang, yang berujung pada inflasi dan fluktuasi kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing, yang selanjutnya dimanfaatkan oleh para spekulan sebagai ajang judi dalam sektor finansial, yang hampir tidak ada kaitannya dengan pengembangan sektor riil, bahkan seringkali mendestabilisasinya dalam bentuk krisis moneter, bahkan krisis ekonomi berkepanjangan seperti di indonesia baru-baru ini. Dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan ekonomi makro, terdapat empat kebijakan umum yang diambil selama periode sebelum krisis, yaitu: • Menerapkan kebijakan fiskal/anggaran berimbang untuk menghindari penggunaan hutang domestik dalam pembiayaan pengeluaran pemerintah. • Menerapkan kebijakan moneter yang berhati-hati yang menjaga agar pertumbuhan likuiditas sesuai dengan pertumbuhan permintaan riil. • Menjaga agar nilai tukar rupiah selalu berada pada posisi yang realistis. Pada awalnya ini dilakukan melalui kebijakan devaluasi setiap kali situasi ekonomi menuntut demikian. Kemudian, kemudian sejak tahun 1986 hal ini dilakukan melalui penyesuaian sasaran nilai tukar rupiah secara harian yang ditujukan untuk memelihara daya saing industri-industri berorientasi ekspor dan sekaligus agar perkembangan nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi permintaan dan penawaran di pasar valuta asing. • Mempertahankan kebijakan lalu lintas modal (devisa) bebas sejak tahun 1971. Kebijakan ini telah membantu menarik investasi asing dan membuat perekonomian Indonesia dapat dengan relatif cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi di pasar internasional. BAB 3 PENUTUP A.Kesimpulan Krisis ekonomi yang tengah berlangsung ini memang bukan tanggung-jawab imf dan tidak bisa dipecahkan oleh imf sendiri. namun kekurangan yang paling utama dari imf adalah bahwa imf dalam program bantuannya tidak mencari pemecahan terhadap masalah yang pokok dan sangat mendesak ini dan berputar-putar pada reformasi struktural yang dampaknya jangka panjang. bila semua kekuatan bantuan ini dikumpulkan sekaligus secara dini, maka hal ini dengan cepat akan memulihkan kembali kepercayaan masyarakat dalam negeri dan internasional. namun bantuan dana imf dan ketergantungan harapan pada imf ini di(salah)gunakan untuk menekan pemerintah indonesia untuk melaksanakan reformasi struktural secara besar-besaran. ibaratnya orang yang sudah hampir tenggelam diombang-ambing ombak laut tidak segera ditolong dengan dilempari pelampung, tapi disuruh belajar berenang dahulu. Reformasi struktural sebagaimana yang dianjurkan oleh imf memang mendasar dan penting, tetapi dampak hasilnya baru bisa dirasakan dalam jangka panjang, sementara pemecahan masalahnya sudah sangat mendesak, di mana makin ditunda makin banyak perusahaan yang jatuh bergelimpangan. banyak perusahaan yang mengandalkan pasaran dalam negeri tidak bisa menjual barang hasil produksinya karena perusahaan-perusahaan ini umumnya memiliki kandungan impor yang tinggi dan harga jualnya menjadi tidak terjangkau dengan semakin jatuhnya nilai tukar rupiah. jadi, utang luar negeri swasta dan nilai tukar rupiah yang merosot jauh dari nilai riilnya adalah masalah-masalah dasar jangka pendek, yang lama tidak disinggung oleh imf. di sini timbul keragu-raguan akan kemurnian kebijakan reformasi imf, sehingga timbul teka-teki, apakah imf benar-benar tidak melihat inti permasalahannya atau berpura-pura tidak tahu? atau imf mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk memaksakan perubahan-perubahan yang sudah lama menjadi duri di matanya dan bagi bank dunia serta mewakili kepentingan-kepentingan asing? tampaknya di balik anjuran program pemulihan kegiatan ekonomi ada titipan-titipan politik dan ekonomi dari negara-negara besar tertentu. program reformasi imf secara mencurigakan mengulang kembali tuntutan-tuntutan deregulasi ekonomi yang sudah sejak bertahun-tahun didengungkan oleh bank dunia dan belum sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah indonesia (lihat world bank, 1996, bab 2;world bank, 1997, bab 4 dan 5). B. Saran • Masalah masa krisis ekonomi ekonomi yang berkepanjangan di indonesia hendaknya menjadi prioritas agar tidak menimbulkan masalah-masalah lain. • Dalam hal ini masalah masa krisis ekonomi ekonomi yang berkepanjangan di indonesia perlu diperhitungkan kebijakan-kebijakan apa yang cocok dengan krisis ekonomi yang sedang dihadapi. DAFTAR PUSTAKA • sr.tulus t.h tambunan, 2001, perekonomian indonesia dan temuan empiris, penerbit ghalia indonesia, jakarat. • www.bi.go.id/nr/rdonlyres/427ea160.../bempvol1no4mar.pdf • http://azizfahri.blogspot.com/2011/04/transisi-demokrasi-di-indonesia.html • http://www.ekonomi.lipi.go.id/informasi/publikasi/publikasi_detil2.asp?vnomo=130 • http://www.chynsoncomputer.com/krisis-moneter/index.php • http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17252/5/chapter%20i.pdf • http://www.bi.go.id/biweb/html/sambutan/makalah-13-2003-gbi.pdf • http://www.krisis-nasional-dan-arah-reformasi.html

KELOMPOK 5:
1.EDY SUSANTO
2.MUHAMMAD PUTRA IRMANDA
3.INSAN KAMIL
4.ANGGA PRANA FAISAL

KELAS: 1EB22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar