BAB 1  PENDAHULUAN A. Latar Belakang      Krisis moneter dan ekonomi yang berlangsung setahun lebih telah  memicu munculnya krisis politik, sosial, budaya, dan mulai mengarah ke  krisis total kehidupan bangsa. Artinya, nuansa krisis terasa tealh  menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan. Tidak terelakkan dalam kondisi  demikian sumber daya manusia sebagai salah satu penyangga kelangsungan  kehidupan bangsa di masa datang terpuruk dalam kondisi cukup  memprihatinkan. Tidak hanya kualitas fisik, kualitas sosial pun  mengalami kemerosotan tajam. Hal ini dapat diamati dengan meningkatnya  pengangguran dan kemiskinan absolut serta munculnya berbagai gejolak  sosial, seperti amuk masa, penjarahan, pembunuhan, perkosaan, dan  tindakan keji diluar perikemanusiaan yang terjadi silih berganti di  beberapa daerah. Berbagai kerusuhan dan tindakan kriminal itu  menyadarkan kita bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang diyakini sebagai  unsur pendukung utama dalam membentuk kualitas sumber daya manusia  tampaknya begitu gampang dilecehkan dan direndahkan tanpa ada perasaan  berdosa. Bila situasi ini berlanjut terus sangat mungkin dapat mengancam  eksistensi kehidupan bangsa di masa datang.      Segudang prestasi pembangunan ekonomi orde baru seakan lenyap  tersapu bersih oleh badai krisis ekonomi berkepanjangan sejak media 1997  hingga 2005. prestasi orde baru yang patut dicatat diantaranya ialah  pertumbuhan ekonomi tinggi, swasembada beras, penurunan jumlah penduduk  miskin secara signifikan, inflasi yang terkendali, stabilitas rupiah  terhadap valuta asing, pendapatan per kapita di atas us$1000 sehingga  indonesia meningkat peringkatnya dari negara miskin menjadi negara  berpenghasilan menengah bawah, kontribusi sektor industri pengolahan  terhadap pdb di atas 25 persen sehingga indonesia hampir mendekati  klasifikasi negara industri baru, kontribusi ekspor non-migas dalam  perolehan devisa telah melampaui ekspor migas sehingga ketergantungan  pada ekspor migas semakin dapat dikurangi. sederetan pencapaian prestasi  ekonomi tersebut menjadi luluh lantak oleh badai krisis ekonomi. jumlah  penduduk miskin meningkat secara signifikan, inflasi di atas dua digit  lagi, pasokan sembilan bahan pokok tersendat, kurs rupiah terhadap  valuta asing anjlok, pendapatan perkapita turun menjadi us$600, utang  luar negeri menggunung, perbankan nasional nyaris “collaps”, sektor  industri banyak yang gulung tikar, phk dan pengangguran merajalela,  penanaman modal asing tak kunjung datang. berdasarkan latar belakang  permasalahan tersebut, makalah singkat ini akan mencoba memahami  sebab-sebab terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan di indonesia,  kemudian memberikan sumbangsih pemikiran dalam penataan kembali struktur  bangunan perekonomian nasional, terutama aspek moneter dan kelembagaan  keuangan dan perbankan serta kelembagaan politik ketatanegaraan, dari  perspektif ekonomi politik islam.              B. Perumusan Masalah          Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada  beberapa rumusan masalah yang dapat dijadikan sebagai dasar kajian dalam  penelitian yang akan dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah  penulisan skripsi ini. selainitu, perumusan msalah ini diperlukan  sebagai cara untuk mengambil keputusan di akhir penulisan skripsi.  adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :  1. Apakah terdapat hubungan timbal balik antara utang luar negeri dengan  pertumbuhan ekonomi indonesia?    2. Apakah terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara utang  luar negeri dengan  pertumbuhan ekonomi indonesia?                            3. Bagaimana hubungan antara utang luar negeri dengan pertumbuhan  ekonomi di indonesia  sebelum dan sesudah krisis ekonomi ?                                   C. Tujuan Penelitian  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :   1. Untuk mengetahui hubungan timbal balik antara utang luar negeri dan  pertumbuhan    ekonomi  di indonesia. 2. Untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara utang  luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi di indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh utang luar negeri (foreign debt) terhadap  pertumbuhan  ekonomi indonesia sebelum dan sesudah krisis moneter.  D.  Manfaat Penelitian  Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :   1. Bahan masukan bagi pemerintah atau instansi yang terkait. 2. Sebagai bahan studi dan literature bagi mahasiswa fakultas ekonomi  universitas   gunadarma terutama bagi mahasiswa yang ingin melakukan  penelitian selanjutnyan dalam cabang ilmu ekonomi makro.  3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian  selanjutnya,sekaligus untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi  penulis.  4. Sebagai bahan tambahan dan pelengkap terhadap penelitian yang sudah  ada sebelumnya.  5. Sebagai masukan bagi masyarakat indonesia agar dapat mengetahui  kondisi perekonomian indonesia yang berhubungan dengan utang luar negeri  dan kurs sebelum dan sesudah krisis.   BAB 2  ISI + GAMBAR  Indikator Utama Ekonomi Indonesia 1990 - 1997  1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 pertumbuhan ekonomi (%) 7,24 6,95 6,46 6,50 7,54 8,22 7,98 4,65 tingkat inflasi (%) 9,93 9,93 5,04 10,18 9,66 8,96 6,63 11,60 neraca pembayaran (us$ juta) 2,099 1,207 1,743 741 806 1,516 4,451  -10,021 neraca perdagangan 5,352 4,801 7,022 8,231 7,901 6,533 5,948 12,964 neraca berjalan -3.24 -4,392 -3,122 -2,298 -2.96 -6.76 -7,801 -2,103 neraca modal 4,746 5,829 18,111 17,972 4,008 10,589 10,989 -4,845 pemerintah (neto) 633 1,419 12,752 12,753 307 336 -522 4,102 swasta (neto) 3,021 2,928 3,582 3,216 1,593 5,907 5,317 -10.78 pma (neto) 1,092 1,482 1,777 2,003 2,108 4,346 6,194 1,833 cadangan devisa akhir tahun (us$ juta) 8,661 9,868 11,611 12,352 13,158  14,674 19,125 17,427 (bulan impor nonmigas c&f) 4,7 4,8 5,4 5,4 5,0 4,3 5,2 4,5 debt-service ratio (%) 30,9 32,0 31,6 33,8 30,0 33,7 33,0  nilai tukar des. (rp/us$) 1,901 1,992 2,062 2.11 2.2 2,308 2,383 4.65 apbn* (rp. milyar) 3,203 433 -551 -1.852 1,495 2,807 818 456 tahun anggaran sumber : bps, indikator ekonomi; bank indonesia, statistik ekonomi  keuangan indonesia; world bank, indonesia in crisis, july 2, 1998           Sebagai konsekuensi dari krisis moneter ini, bank indonesia  pada tanggal 14 agustus 1997 terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah  terhadap valuta asing, khususnya dollar as, dan membiarkannya  berfluktuasi secara bebas (free floating) menggantikan sistim managed  floating yang dianut pemerintah sejak devaluasi oktober 1978. dengan  demikian bank indonesia tidak lagi melakukan intervensi di pasar valuta  asing untuk menopang nilai tukar rupiah, sehingga nilai tukar ditentukan  oleh kekuatan pasar semata. nilai tukar rupiah kemudian merosot dengan  cepat dan tajam dari rata-rata rp 2.450 per dollar as juni 1997 menjadi  rp 13.513 akhir januari 1998, namun kemudian berhasil menguat kembali  menjadi sekitar rp 8.000 awal mei 1999.    Krisis Moneter dan faktor-faktor penyebabnya :       Penyebab dari krisis ini bukanlah fundamental ekonomi indonesia  yang selama ini lemah, hal ini dapat dilihat dari data-data statistik di  atas, tetapi terutama karena utang swasta luar negeri yang telah  mencapai jumlah yang besar. yang jebol bukanlah sektor rupiah dalam  negeri, melainkan sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar as  yang mengalami overshooting yang sangat jauh dari nilai nyatanya1 .  krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar  rupiah yang sangat tajam, akibat dari serbuan yang mendadak dan secara  bertubi-tubi terhadap dollar as (spekulasi) dan jatuh temponya utang  swasta luar negeri dalam jumlah besar. seandainya tidak ada serbuan  terhadap dollar as ini, meskipun terdapat banyak distorsi pada tingkat  ekonomi mikro, ekonomi indonesia tidak akan mengalami krisis. dengan  lain perkataan, walaupun distorsi pada tingkat ekonomi mikro ini  diperbaiki, tetapi bila tetap ada gempuran terhadap mata uang rupiah,  maka krisis akan terjadi juga, karena cadangan devisa yang ada tidak  cukup kuat untuk menahan gempuran ini. krisis ini diperparah lagi dengan  akumulasi dari berbagai faktor penyebab lainnya yang datangnya saling  bersusulan. analisis dari faktor-faktor penyebab ini penting, karena  penyembuhannya tentunya tergantung dari ketepatan diagnosa.          Anwar nasution melihat besarnya defisit neraca berjalan dan  utang luar negeri, ditambah dengan lemahnya sistim perbankan nasional  sebagai akar dari terjadinya krisis finansial (nasution: 28). bank dunia  melihat adanya empat sebab utama yang bersamasama membuat krisis menuju  ke arah kebangkrutan (world bank, 1998, pp. 1.7 -1.11). yang pertama  adalah akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat dari tahun 1992  hingga juli 1997, sehingga l.k. 95% dari total kenaikan utang luar  negeri berasal dari sektor swasta ini, dan jatuh tempo rata-ratanya  hanyalah 18 bulan. bahkan selama empat tahun terakhir utang luar negeri  pemerintah jumlahnya menurun. sebab yang kedua adalah kelemahan pada  sistim perbankan. ketiga adalah masalah governance, termasuk kemampuan  pemerintah menangani dan mengatasi krisis, yang kemudian menjelma  menjadi krisis kepercayaan dan keengganan donor untuk menawarkan bantuan  finansial dengan cepat. yang keempat adalah ketidak pastian politik  menghadapi pemilu yang lalu dan pertanyaan mengenai kesehatan presiden  soeharto pada waktu itu. Mengapa terjadi Krisis Ekonomi?             Krisis ekonomi di indonesia hampir tak pernah terbayangkan  bakal terjadi oleh para ekonom, bahkan oleh para ekonom kelas dunia pada  lembaga-lembaga keuangan internasional seperti imf dan world bank.  kisah sukses empat negara industri baru asia yakni korea selatan,  taiwan, hong kong dan singapura telah menyilaukan mata para ekonom  “mainstream” neo-klasik sehingga tak mampu lagi memperkirakan  perkembangan ekonomi negara-negara asia tenggara secara tepat karena  yang diprediksikan bakal terjadi adalah indonesia dan beberapa negara  asia tenggara seperti malaysia, philipina dan thailand segera menyusul  menjadi negara industri baru di asia tenggara. ketidakmampuan para  ekonom untuk memprediksikan bakal terjadinya krisis dalam perekonomian  indonesia dapat dipahami mengingat bahwa beberapa indikator utama  ekonomi makro atau fundamental ekonomi indonesia saat itu memang cukup  kuat. misalnya, cadangan devisa cukup untuk membiayai kebutuhan impor  selama 6 (enam) bulan, inflasi di bawah dua digit, pertumbuhan ekonomi  di atas 7 % dan cukup kuat, lalu mengapa terjadi krisis seterusnya.  kalau fundamental ekonomi ekonomi?   Ada beberapa faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan  di Indonesia :            Pertama dan terutama adalah krisis kepercayaan. kedua,  kekurangtepatan dalam mendiagnosa dan memberikan resep  penyembuhan/penanggulangan krisis. ketiga, akumulasi kekurangtepatan  kebijakan ekonomi. keempat, faktor internasionalisasi pasar modal yang  berkarakter spekulatif dan tidak stabil. kelima kelembagaan ekonomi  terutama kelembagaan perbankan yang kurang kuat. kelima faktor tersebut  dapat dijelaskan sebagai berikut:             Kedua, krisis ekonomi bukan semata-mata disebabkan oleh  faktor ekonomi atau faktor moneter melainkan juga atau bahkan lebih  merupakan faktor krisis kepercayaan. sewaktu kurs rupiah terus merosot,  kemudian presiden soeharto mencanangkan kemungkinan penerapan currency  board system (cbs) dalam sistem moneter indonesia, sebagaimana  diterapkan di hong kong, maka reaksi pasar cenderung positif dalam  bentuk penguatan nilai rupiah terhadap valuta asing. hal itu menunjukkan  bahwa kemerosotan nilai rupiah bukan semata-mata disebabkan oleh faktor  kelangkaan devisa melainkan karena ketidakpastian pasar yang diikuti  dengan tindakan spekulatif para pelaku pasar yang justru memperkeruh  keadaan. tindakan spekulatif ini ternyata dapat dihentikan dengan  pencanangan kemungkinan penerapan currency board system. rencana ini  gagal dilaksanakan karena tidak termasuk dalam skema butir-butir letter  of intens (loi) yang telah disepakati imf dan pemerintah r.i. rencana  ini juga ditentang oleh frans seda, mantan menteri keuangan orde baru,  dengan alasan bahwa tidak ada lembaga yang menjamin sistem ini. artinya,  bila cbs ini diterapkan kemudian gagal, siapa yang bertanggung jawab?  sebaliknya bila pemerintah menerapkan secara konsisten seluruh butir loi  maka imf adalah lembaga yang bertanggung jawab atas kesuksesan atau  kegagalannya. dalam hal ini, menurut frans seda, indonesia telah  mempunyai pengalaman yang baik dengan pihak imf. ketika wacana penerapan  cbs ini terus berkembang, anwar nasution selaku ahli ekonomi moneter  indonesia juga menentang dengan alasan bahwa cbs hanya cocok untuk  negara kecil semacam hong kong. selain itu bila pemerintah ri menolak  uluran tangan imf, kemungkinan besar negeri ini akan jatuh menjadi  negara miskin.            Ketiga, penyebab krisis yang kedua ialah kekurangtepatan dalam  mendiagnosa dan merumuskan resep pemulihan krisis ekonomi. bagi imf,  penyebab krisis ekonomi indonesia ialah semua kebijakan ekonomi yang  mendistorsi atau tidak pro-pasar seperti subsidi bbm dan listrik, tata  niaga jeruk dan cengkeh, sistem perbankan yang kurang sehat, tata niaga  dan monopoli bulog, proyek-proyek industri strategis seperti iptn,  program mobil nasional (mobnas), terlalu banyaknya bumn dan lain-lain.  oleh karena itu langkah-langkah kebijakan ekonomi baik fiskal, moneter,  perdagangan, industri dan kelembagaan semuanya diarahkan pada  konsep-konsep ekonomi neo-klasik yang sangat pro-liberalisasi pasar.  anehnya, meskipun seluruh butir-butir pil pahit loi telah ditelan  bulat-bulat, krisis ekonomi tak kunjung usai. padahal biaya yang harus  ditanggung oleh pemerintah untuk mendukung program pemulihan ekonomi ala  imf, terutama untuk program penjaminan simpanan nasabah pada perbankan  nasional sedemikian besarnya yakni sekitar rp 650 triliun. belum lagi  utang luar negeri baru ke imf bertambah lebih dari us$40 miliar. dengan  demikian pemerintah telah membayar mahal “dokter ekonomi” imf yang  “malpraktek”. mengapa imf tidak bertanggungjawab atas kegiatan  “malpraktek” dalam menangani krisis ekonomi di indonesia sebagaimana  dikatakan oleh frans seda?             Apa sebenarnya akar permasalahan krisis ekonomi di indonesia  dan di negara-negara asia lainnya? dalam hal ini mahathir mohammad  mensinyalir bahwa akar permasalahannya terletak pada internasionalisasi  pasar modal dimana penggunaan mata uang domestik (ringgit) untuk  transaksi keuangan internasional melalui pasar modal, ternyata banyak  disalahgunakan untuk kegiatan spekulatif. internasionalisasi pasar modal  sangat rawan terhadap kegiatan spekulatif karena investasi portofolio  dalam pasar modal bersifat jangka pendek dan sangat rentan terhadap  isu-isu sosial, politik dan ekonomi. dengan menghentikan fungsi ringgit  untuk transaksi keuangan internasional maka berhenti pula kegiatan  spekulatif perdagangan mata uang domestik. itulah yang dilakukan  mahathir mohammad untuk menangani krisis moneter di negaranya. hasilnya  sangat mujarab. perekonomian malaysia pulih kembali dari krisis moneter  dalam waktu relatif singkat tanpa harus membebani pemerintah dengan dana  “recovery” perbankan dan utang luar negeri baru. dengan demikian  penyebab penyakit krisis moneter malaysia dan beberapa negara di asia  terutama di indonesia sebenarnya adalah begitu sederhana dan resep untuk  mengobatinyapun begitu sederhana, bukan seperti penyakit gawat yang  disebabkan oleh kanker ganas dan harus diobati dengan penyinaran  chemotheraphy, suatu ciri khas cara pengobatan barat.        Penyebab krisis ekonomi yang ketiga adalah akumulasi  kekurangtepatan dengan kebijakan ekonomi. deregulasi perbankan 1983 dan  liberalisasi perbankan 1988 telah bertanggungjawab atas terjadinya  kenaikan suku bunga pinjaman di atas 2 digit. akibatnya banyak sektor  usaha yang meminjam dana valuta asing untuk membiayai bisnisnya  semata-mata karena bunganya lebih murah dibandingkan dengan pinjaman  rupiah dari perbankan nasional. akibatnya utang luar negeri sektor  swasta mulai membengkak, apalagi sejak dikeluarkan keppres no: 39/1991  yang memberikan keleluasaan kepada sektor swasta untuk meminjam dana  dari lembaga keuangan internasional. pembengkakan utang berjangka pendek  yang segera jatuh tempo, berakibat pada tekanan terhadap permintaan  valuta asing, yang selanjutnya berakibat pada semakin lemahnya nilai  tukar rupiah. deregulasi dan liberalisasi sektor perbankan nasional dan  liberalisasi akses terhadap lembaga keuangan internasional, sayangnya  kurang diimbangi dengan penguatan aspek kelembagaannya. sebagai contoh,  hampir semua perbankan melanggar ketentuan legal lending limit (l3).  selain itu sektor swasta tak pernah melaporkan jumlah utangnya ke bank  indonesia dan departemen keuangan sebagaimana disyaratkan dalam keppres  no: 39/1991 sehingga pemerintahpun tak tahu berapa jumlah utang swasta  kepada lembaga keuangan internasional sewaktu terjadi krisis ekonomi.  Program reformasi ekonomi IMF      menurut imf, krisis ekonomi yang berkepanjangan di indonesia  disebabkan karena pemerintah baru meminta bantuan imf setelah rupiah  sudah sangat terdepresiasi. strategi pemulihan imf dalam garis besarnya  adalah mengembalikan kepercayaan pada mata uang, yaitu dengan membuat  mata uang itu sendiri menarik. inti dari setiap program pemulihan  ekonomi adalah restrukturisasi sektor finansial. (fischer 1998b).  sementara itu pemerintah indonesia telah enam kali memperbaharui  persetujuannya dengan imf, second supplementary memorandum of economic  and financial policies (mefp) tanggal 24 juni, kemudian 29 juli 1998,  dan yang terakhir adalah review yang keempat, tanggal 16 maret 1999.  Langkah-langkah Kebijakan untuk Mengatasi Krisis Ekonomi            Langkah kebijakan yang diambil selama krisis ini terfokus  kepada mengembalikan kestabilan makroekonomi dan membangun kembali  infrastruktur ekonomi, khususnya di sektor perbankan dan dunia usaha. Mengingat  kompleksnya masalah yang dihadapi, strategi umum dari program-program ekonomi yang  diterapkan di negara-negara yang mengalami krisis serupa bertumpu pada empat bidang  pokok:12 • Di bidang moneter, ditempuh kebijakan moneter ketat untuk mengurangi  laju       inflasi dan penurunan atau depresiasi nilai mata uang lokal secara  berlebihan. • Di bidang fiskal, ditempuh kebijakan yang lebih terfokus kepada upaya  relokasi       pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan tidak produktif kepada  kegiatan-kegiatan       yang diharapkan dapat mengurangi social cost yang ditimbulkan oleh  krisis ekonomi. Salah                       satu bentuknya adalah dengan program Jaring Pengaman Sosial. • Di bidang pengelolaan (governance), ditempuh kebijakan untuk  memperbaiki        kemampuan pengelolaan baik di sektor publik maupun swasta.  Termasuk di        dalamnya upaya mengurangi intervensi pemerintah, monopoli, dan  kegiatankegiatan        yang kurang produktif lainnya. • Di bidang perbankan, ditempuh kebijakan yang akan memperbaiki  kelemahankelemahan       sistem perbankan berupa program restrukturisasi perbankan yang       bertujuan untuk mencapai dua hal, yaitu: mengatasi dampak krisis  dan       menghindari terjadinya krisis serupa di masa datang. Penataan kembali perekonomian indonesia diperspektif ekonomi politik  islam             Bila disadari bahwa salah satu sebab utama terjadinya krisis  ekonomi adalah karena tingginya suku bunga pinjaman dan membengkaknya  utang luar negeri sebagai konsekuensi dari liberalisasi kebijakan  moneter dan keuangan internasional maka secara prinsipiil, ajaran islam  sedari dulu sudah melarang riba, usury, atau bunga dalam transaksi  bisnis. sebagai alternatif, islam menawarkan konsep musyarakah atau  profit-loss sharing, mudharabah atau profit-sharing, murabahah atau  cost-plus margin, baibitsamanajil, qardhul hasan atau pinjaman kebajikan  tanpa imbalan apapun kecuali pengembalian pokok pinjaman. secara  bertahap perbankan nasional harus dibebaskan dari unsur bunga sehingga  investor lebih terkonsentrasi pada pengembangan usaha yang menguntungkan  tanpa harus memikirkan pengembalian beban bunga pinjaman. kegiatan  bisnis berdasarkan prinsip partnership atau kemitraan dan participatory  secara luas harus digalakkan di segala lini.             Salah satu keunggulan sistem perbankan tanpa bunga ialah  adanya dorongan yang kuat bagi pihak perbankan untuk menyalurkan seluruh  dana pihak ketiga pada kegiatan sektor riil, karena kelebihan  likuiditas tidak dibenarkan untuk ditanam dalam bentuk sertifikat  finansial berbasis bunga seperti sbi, sebagaimana terjadi pada perbankan  konvensional. indikasinya sangat jelas bahwa “finance to deposit ratio”  atau fdr perbankan syariah selalu berkisar pada angka 100, sedangkan  “loan to deposit ratio” atau ldr perba sial, serta sahih dari segi  ibadah maupun muamalah. dalam rangka pemberdayaan ekonomi skala mikro,  dewasa ini telah beroperasi sekitar 3.037 unit baitulmal wat tamwil  (bmt) atau bank dan lembaga keuangan kikro syariah. hasil penelitian  p2e-lipi menunjukkan bahwa lembaga ekonomi mikro syariah ini mempunyai  kinerja yang baik, ditinjau dari aspek kelembagaan maupun perannya dalam  memberdayakan usaha skala mikro. begitu optimisnya sehingga pinbuk  selaku institusi “think tank” bmt mentargetkan berdirinya 10.000 unit  bmt pada tahun 2010 dan suatu saat diharapkan terwujud “satu desa satu  bmt” (sdsb). kalau bmt ini terbukti cukup efektif sebagai institusi  pemberdaya dan pengembang usaha-usaha skala mikro maka sudah sewajarnya  bila pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan  berkembangnya institusi ini.              Konsep ekonomi islam lainnya yang layak dipertimbangkan  secara sungguh-sungguh adalah prinsip menjauhkan diri dari kegiatan  ekonomi yang spekulatif atau maisyir seperti mengais keuntungan dari  fluktuasi kurs mata uang. pada hakekatnya fluktuasi kurs mata uang tidak  perlu terjadi kalau sistem moneter internasional menggunakan mata uang  tunggal, misalnya dengan menggunakan standar emas dan atau perak dan  atau perunggu. meskipun sistem moneter ini berasal dari jaman kekaisaran  romawi dan persia tetapi karena tetap berlaku sejak zaman rasulullah  saw hingga kekhalifahan islam yang terakhir di turki pada tahun 1924,  berarti sistem ini dibenarkan secara syariat. sistem moneter berdasarkan  fiat money yang sama sekali tidak didukung dengan cadangan emas dari  setiap mata uang yang beredar, telah mengakibatkan ketidakstabilan nilai  mata uang, yang berujung pada inflasi dan fluktuasi kurs mata uang  domestik terhadap mata uang asing, yang selanjutnya dimanfaatkan oleh  para spekulan sebagai ajang judi dalam sektor finansial, yang hampir  tidak ada kaitannya dengan pengembangan sektor riil, bahkan seringkali  mendestabilisasinya dalam bentuk krisis moneter, bahkan krisis ekonomi  berkepanjangan seperti di indonesia baru-baru ini.  Dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan ekonomi makro, terdapat  empat kebijakan umum yang diambil selama periode sebelum krisis, yaitu: • Menerapkan kebijakan fiskal/anggaran berimbang untuk menghindari  penggunaan       hutang domestik dalam pembiayaan pengeluaran pemerintah. • Menerapkan kebijakan moneter yang berhati-hati yang menjaga agar       pertumbuhan likuiditas sesuai dengan pertumbuhan permintaan riil. • Menjaga agar nilai tukar rupiah selalu berada pada posisi yang  realistis. Pada       awalnya ini dilakukan melalui kebijakan devaluasi setiap kali  situasi ekonomi       menuntut demikian. Kemudian, kemudian sejak tahun 1986 hal ini  dilakukan       melalui penyesuaian sasaran nilai tukar rupiah secara harian yang  ditujukan untuk       memelihara daya saing industri-industri berorientasi ekspor dan  sekaligus agar       perkembangan nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi permintaan  dan       penawaran di pasar valuta asing. • Mempertahankan kebijakan lalu lintas modal (devisa) bebas sejak tahun  1971.       Kebijakan ini telah membantu menarik investasi asing dan membuat       perekonomian Indonesia dapat dengan relatif cepat menyesuaikan  diri terhadap   perubahan kondisi di pasar internasional.    BAB 3 PENUTUP A.Kesimpulan           Krisis ekonomi yang tengah berlangsung ini memang bukan  tanggung-jawab imf dan tidak bisa dipecahkan oleh imf sendiri. namun  kekurangan yang paling utama dari imf adalah bahwa imf dalam program  bantuannya tidak mencari pemecahan terhadap masalah yang pokok dan  sangat mendesak ini dan berputar-putar pada reformasi struktural yang  dampaknya jangka panjang. bila semua kekuatan bantuan ini dikumpulkan  sekaligus secara dini, maka hal ini dengan cepat akan memulihkan kembali  kepercayaan masyarakat dalam negeri dan internasional. namun bantuan  dana imf dan ketergantungan harapan pada imf ini di(salah)gunakan untuk  menekan pemerintah indonesia untuk melaksanakan reformasi struktural  secara besar-besaran. ibaratnya orang yang sudah hampir tenggelam  diombang-ambing ombak laut tidak segera ditolong dengan dilempari  pelampung, tapi disuruh belajar berenang dahulu.         Reformasi struktural sebagaimana yang dianjurkan oleh imf memang  mendasar dan penting, tetapi dampak hasilnya baru bisa dirasakan dalam  jangka panjang, sementara pemecahan masalahnya sudah sangat mendesak, di  mana makin ditunda makin banyak perusahaan yang jatuh bergelimpangan.  banyak perusahaan yang mengandalkan pasaran dalam negeri tidak bisa  menjual barang hasil produksinya karena perusahaan-perusahaan ini  umumnya memiliki kandungan impor yang tinggi dan harga jualnya menjadi  tidak terjangkau dengan semakin jatuhnya nilai tukar rupiah. jadi, utang  luar negeri swasta dan nilai tukar rupiah yang merosot jauh dari nilai  riilnya adalah masalah-masalah dasar jangka pendek, yang lama tidak  disinggung oleh imf. di sini timbul keragu-raguan akan kemurnian  kebijakan reformasi imf, sehingga timbul teka-teki, apakah imf  benar-benar tidak melihat inti permasalahannya atau berpura-pura tidak  tahu? atau imf mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk memaksakan  perubahan-perubahan yang sudah lama menjadi duri di matanya dan bagi  bank dunia serta mewakili kepentingan-kepentingan asing? tampaknya di  balik anjuran program pemulihan kegiatan ekonomi ada titipan-titipan  politik dan ekonomi dari negara-negara besar tertentu. program reformasi  imf secara mencurigakan mengulang kembali tuntutan-tuntutan deregulasi  ekonomi yang sudah sejak bertahun-tahun didengungkan oleh bank dunia dan  belum sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah indonesia (lihat world  bank, 1996, bab 2;world bank, 1997, bab 4 dan 5).   B.  Saran • Masalah masa krisis ekonomi ekonomi yang berkepanjangan di indonesia  hendaknya menjadi prioritas agar tidak menimbulkan masalah-masalah lain. • Dalam hal  ini masalah masa krisis ekonomi ekonomi yang berkepanjangan  di indonesia perlu diperhitungkan kebijakan-kebijakan apa yang cocok  dengan krisis ekonomi yang sedang dihadapi.  DAFTAR PUSTAKA • sr.tulus t.h tambunan, 2001, perekonomian indonesia dan temuan  empiris, penerbit ghalia indonesia, jakarat. • www.bi.go.id/nr/rdonlyres/427ea160.../bempvol1no4mar.pdf •  http://azizfahri.blogspot.com/2011/04/transisi-demokrasi-di-indonesia.html •   http://www.ekonomi.lipi.go.id/informasi/publikasi/publikasi_detil2.asp?vnomo=130 •  http://www.chynsoncomputer.com/krisis-moneter/index.php •  http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17252/5/chapter%20i.pdf • http://www.bi.go.id/biweb/html/sambutan/makalah-13-2003-gbi.pdf • http://www.krisis-nasional-dan-arah-reformasi.html
KELOMPOK 5:
1.EDY SUSANTO
2.MUHAMMAD PUTRA IRMANDA 
3.INSAN KAMIL
4.ANGGA PRANA FAISAL
KELAS: 1EB22